Kenali Istilah Impostor Syndrome dan Ciri-cirinya yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

Pointhub
2 min readMay 21, 2021

--

Seringkali keadaan mental dari para karyawan tidak terlalu mencolok dikarenakan hubungan yang profesional antara pimpinan dan pegawai. Banyak juga hal-hal yang tidak diketahui perusahaan tentang perbedaan karakteristik atau pembawaan dari masing-masing karyawan. Namun, sudahkah Anda tahu tentang Impostor Syndrome? Apa dan bagaimana yang terlihat pada seorang karyawan?

source: feminism in India

Impostor syndrome adalah pemikiran seseorang terhadap dirinya sendiri bahwa dirinya tidak kompeten seperti yang orang lain melihat demikian. Dengan kata lain, merasa dirinya tidak pantas dalam suatu bidang atau posisinya sekarang. Yang padahal orang lain tidak berpikiran seperti itu terhadap dirinya. Hal ini juga berkaitan dengan sifat perfeksionis seseorang.

Kebanyakan sifat perfeksionis berakar dari suka mengendalikan dan orang yang percaya diri dengan segala keputusannya. Perbedaan dengan impostor syndrome ialah ia merasa sebagai penipu, karena ia diposisikan di tempat yang tidak seharusnya atau ia tidak merasa pantas.

Baca Juga: 9 Kriteria Penilaian Kinerja Karyawan Yang Paling Efektif

Dalam perusahaan, karyawan dengan impostor syndrome memiliki ciri-ciri dan macamnya sebagai berikut:

  • Perfectionist: Perfeksionis tidak pernah puas dan selalu merasa bahwa pekerjaannya bisa lebih baik. Ketimbang fokus pada kompetensi mereka, mereka cenderung terpaku pada kekurangan atau kesalahan apa pun. Hal ini sering kali menyebabkan tekanan diri yang besar dan kecemasan yang tinggi.
  • Superhero: Karena orang-orang ini merasa tidak mampu, mereka merasa harus memaksakan diri untuk bekerja sekeras mungkin. Seperti bekerja saat yang lain sudah pulang, dan terus menerus bekerja.
  • The Expert: Orang-orang ini selalu berusaha untuk belajar lebih banyak dan tidak pernah puas dengan tingkat pemahaman mereka. Meskipun mereka seringkali sangat terampil, mereka meremehkan keahlian mereka sendiri.
  • Natural Genius: Orang-orang ini menetapkan tujuan yang terlalu tinggi untuk diri mereka sendiri, dan kemudian merasa hancur ketika mereka tidak berhasil pada percobaan pertama mereka.
  • The Soloist: Orang-orang ini cenderung sangat individualistis dan lebih suka bekerja sendiri. Harga diri seringkali berasal dari produktivitas mereka, sehingga mereka sering menolak tawaran bantuan. Mereka cenderung melihat meminta bantuan sebagai tanda kelemahan atau ketidakmampuan.

Impostor Syndrome memang bukan termasuk dalam penyakit mental, namun kecenderungan ini bisa saja berdampak kurang baik bagi kinerja karyawan. Untuk itu, coba untuk memulai penerapan KPI dan CSF untuk membantu karyawan Anda dalam menentukan faktor kesuksesan dan pencapaian mereka dalam melakukan pekerjaan.

PointHR merupakan software yang dapat membantu Anda dan bisnis dalam menentukan target bagi setiap karyawan Anda. Dalam KPI juga dilengkapi dengan feedback baik dari karyawan sendiri maupun pimpinan untuk evaluasi. Info lebih lanjut, hubungi kami di link berikut atau kunjungi Instagram @pointhrnet.

--

--

No responses yet