Take Home Pay: Pengertian, Cara Menghitung dan Contoh Kasus

Pointhub
4 min readMar 21, 2023

--

Tahukah Anda bahwa mendapatkan take home pay adalah sesuatu yang sama sekali berbeda dari gaji.

Saat mendengar kata take home pay, hal pertama yang terlintas di benak Anda adalah gaji yang ditawarkan saat pertama kali melamar pekerjaan.

Tetapi kedua hal ini sangat berbeda.

Meskipun take home pay adalah upah yang diberikan kepada Anda, take home pay sangat berbeda dengan gaji.

Jadi artikel ini akan membahas tentang take home pay. Baca terus untuk mengetahui lebih lanjut tentang apa itu take home pay.

Apa itu Take Home Pay?

Take home pay adalah istilah yang mengacu pada pemberian upah kepada karyawan yang ditawarkan setelah dilakukan penyesuaian terhadap kinerja, kondisi, atau situasi tertentu yang dapat mengubah nominalnya.

Istilah ini sering dijumpai dalam dunia kerja dimana upah telah disesuaikan dengan bonus kinerja, tunjangan, pajak, dan potongan sesuai dengan ketentuan yang berlaku selama masa kerja.

Dapat dikatakan bahwa upah rumah adalah penghasilan bersih para pekerja yang diterima dan dipulangkan setelah penyesuaian-penyesuaian yang telah disebutkan.

Berbeda dengan gaji yang ditawarkan kepada Anda saat proses wawancara, jumlah tersebut merupakan gaji kotor yang masih bisa disesuaikan dengan ketentuan dan kebijakan yang berlaku.

Secara umum, persentase pemotongan gaji bervariasi dari satu karyawan ke karyawan lainnya sesuai dengan kinerja, tunjangan, dan pajak tangguhan.

Dapat disimpulkan bahwa upah yang dibawa pulang adalah jumlah upah bersih yang diterima oleh karyawan oleh perusahaan

Gaji rumah dapat dihitung dari akun gaji setelah ditambah tunjangan yang diberikan dan dikurangi pajak, tunjangan, dan lain-lain.

Besarnya upah rumah dapat lebih tinggi atau lebih rendah sesuai dengan tunjangan dan potongan gaji selama masa kerja yang dihitung selama satu bulan.

Inilah mengapa gaji yang Anda bawa pulang umumnya berbeda dengan nominal yang pertama kali dijelaskan saat wawancara kerja.

Potongan gaji biasanya mencakup asuransi kesehatan, iuran dana pensiun, pajak, uang tunai, dll. tergantung kebijakan masing-masing perusahaan.

Sedangkan tunjangan yang ditawarkan sangat beragam, seperti tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan ibu dan tunjangan lain sesuai kebijakan yang berlaku.

Take Home Pay dan Gaji Pokok Tidak Sama

Masih banyak pencari kerja dan pemberi kerja yang masih menyamakan gaji pokok dan take home pay, padahal keduanya sangat berbeda.

Walaupun keduanya merupakan upah yang diperoleh setelah bekerja, namun komponen dari kedua hal tersebut sangatlah berbeda.

Gaji Pokok adalah upah yang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada setiap pegawai sesuai dengan jabatan dan jabatannya.

Untuk nominal gaji yang diberikan sebagai gaji pokok, biasanya bersifat tetap kecuali ada kenaikan pangkat atau kebijakan baru dalam membaca.

Besaran nominal gaji pokok ditentukan berdasarkan hasil wawancara dan kesepakatan yang tertuang dalam kontrak yang Anda tanda tangani.

Pemerintah sendiri mengatur persentase gaji pokok beserta tunjangan tetap dan variabel dalam UU No 78 tahun 2015.

Gaji pokok minimal 75% dari total gaji pokok dengan bonus tetap dan tidak tetap.

Berdasarkan undang-undang tersebut dapat disimpulkan bahwa gaji pokok terdiri dari beberapa komponen seperti tunjangan tetap dan tunjangan variabel.

Tunjangan pokok bersifat tetap yang ditangguhkan kepada perusahaan dan dikeluarkan bersamaan dengan gaji pokok.

Contoh tunjangan tetap meliputi tunjangan istri dan anak, tunjangan ibu, dan tunjangan kehadiran yang tunduk pada kebijakan yang berlaku.

Tunjangan tidak tetap dalam komponen gaji pokok tidak tetap yang diberikan kepada karyawan tertentu sesuai dengan kebijakan perusahaan.

Misalnya, tunjangan transportasi dan tunjangan makan yang jumlahnya bisa berbeda-beda sesuai dengan jumlah kehadiran karyawan.

Sedangkan take home pay adalah penghasilan karyawan yang disesuaikan dengan berbagai tunjangan dan potongan yang ditangguhkan untuk masing-masing karyawan.

Upah rumah dapat dihitung dari menghitung berbagai komponen gaji pokok, seperti contoh penghasilan biasa, penghasilan tak terduga, tunjangan, dan potongan penghasilan.

Penghasilan biasa adalah gaji tetap atau bisa disebut gaji pokok yang diterima karyawan berdasarkan perjanjian kontrak.

Sedangkan pendapatan insidentil adalah pendapatan yang diperoleh karyawan karena alasan tertentu dengan nilai nominal yang variabel, seperti lembur, prestasi, bonus, dan lain-lain.

Upah lembur termasuk pendapatan insidental karena besarnya tergantung dari jumlah jam kerja karyawan, yang laporan kehadirannya dapat dengan mudah diperiksa melalui aplikasi kehadiran di Android.

Komponen pemotongan gaji dari take home pay adalah komponen yang dapat berupa iuran asuransi kesehatan dan pekerjaan, pajak penghasilan, utang perusahaan, dan sebagainya.

Cara Menghitung Take Home Pay

Take home pay adalah penghasilan yang memiliki pedoman dan acuan tersendiri dalam mekanisme perhitungannya untuk menjaga kepercayaan dan hubungan antara perusahaan dengan karyawan.

Perusahaan harus dapat menjelaskan secara rinci syarat dan komponen pemotongan upah yang berlaku bagi perusahaan.

Perusahaan sebaiknya memberikan rincian hak serta memberikan bonus dan tunjangan karyawan secara rinci agar tidak terjadi kesalahpahaman di antara keduanya.

Rumus yang sering digunakan dalam menghitung sewa rumah mirip dengan rumus di bawah ini:

Ambil upah rumah = (pendapatan normal + pendapatan kontingen) — (jumlah potongan gaji).

Cara menghitung take home pay dari karyawan A adalah sebagai berikut:

Take home pay

(Gaji pokok + penghasilan insidentil) — (pemotongan gaji) = (Rp. 3.500.000 + Rp. 5.250.000) — (Rp. 750.000) = Rp. 8. 000.000

Jadi total take home pay yang akan diterima oleh karyawan A bulan ini adalah sebesar 8.000.000

Nah, begitulah beberapa pembahasan take home pay yang perlu anda pelajari dengan seksama mulai dari pengertian, perbedaannya dengan gaji pokok, hingga cara menghitungnya.

Ada baiknya kedua belah pihak mengerti hak dan kewajiban terkait take home pay.

Terutama pihak perusahaan selaku pemberi upah agar nantinya dapat melakukan strategi engagement yang tepat kepada karyawan.

Sebagai karyawan anda juga tidak bisa hanya serta merta menerima gaji tanpa adanya kejelasan atas kinerja yang anda dedikasikan bagi perusahaan.

--

--

No responses yet